Mulai hari Minggu 31 Oktober 2010 pelayanan PPSTK lewat Terapi Ceria mulai diadakan kembali. Yakni bagi para pengungsi akibat letusan gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 silam. Kemudian, akan dilanjutkan setiap Minggu berikutnya sepanjang itu masih diperlukan.
Sebelumnya, pada tanggal 29-30 Oktober 2010 telah dilakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman DIY. Diakhiri dengan rapat pada 30 Oktober 2010 bersama semua petugas kesehatan dari Puskesmas-puskesmas yang ditugaskan di seluruh barak-barak pengungsian Hargobinangun, Turi, dan Cangkringan Sleman Yogyakarta.
Pelayanan 31 Oktober 2010 dilakukan di 2 barak pengungsian di desa Girikerto. Pertama, pada pagi hari berlokasi di Balai Desa Girikerto. Kedua, pada sore hari berlokasi di SD Tanggun. Masing-masing barak menampung sekitar 400 pengungsi. Saat siang hari para bapak dan remaja laki-laki pulang ke rumah masing-masing untuk memberi makan ternak di dusun asalnya.
Bencana alam tak hanya menyebabkan
kerugian secara material. Pikiran, emosi, dan jiwa para korban pun terguncang.
Selain pemenuhan logistik dan rehabilitasi secara fisik, para pengungsi juga
membutuhkan terapi pemulihan dari stres dan trauma.
Ibu Maya Safira, terapis kesehatan
holistik L’Ayurveda Jakarta mengatakan bahwa gangguan stres paska trauma
disebut Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Pengalaman menakutkan itu
berulang secara terus-menerus (re-experience). Dalam bentuk khayalan, mimpi,
halusinasi, dan flash back. Seolah peristiwa tersebut sungguh
terjadi kembali. Akibatnya, korban akan bereaksi panik seperti ketika trauma
tersebut awalnya terjadi. Lama-kelamaan tekanan batin/depresi ini akan
mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang, termasuk anak-anak.
Yayasan Anand Ashram juga ikut
berkontribusi dalam penanganan stres dan trauma saat bencana alam maupun
konflik buatan manusia melanda negeri ini. Misalnya kerusuhan Mei tahun 1998 di
Jakarta, korban pertikaian Sampit, dll - yaitu dengan melakukan Pusat Pemulihan Stres dan
Trauma Keliling (PPSTK).
Program ini dikordinasikan oleh
salah satu sayap Yayasan Anand Ashram: National Integration Movement (NIM).
Secara intensif turun ke desa-desa memberikan pelayanan setiap Minggu paska
gempa bumi Jateng-DIY pada tahun 2006.
Memberikan pelayanan di desa-desa
seperti yang PPSTK lakukan 4 tahun lalu paska gempa tahun 2006 di Jateng dan
DIY sangat berbeda dengan melakukannya di barak-barak pengungsian Merapi.
Sebab, penduduknya berasal dari berbagai tempat dan berkumpul di satu lokasi
dalam satu ruangan yang besar.
Selain itu, tidak seperti yang
menyerahkan bantuan logistik bagi pengungsi, yang di kumpulkan di posko
tertentu. Dalam pelayanan ini PPSTK langsung berinteraksi dengan para
pengungsi. Hal pertama yang dilakukan ialah membangun raport. Saling
bertegur-sapa dengan para pengungsi.
Sebanyak 25 orang personil dari
Anand Krishna Centre (AKC) Joglosemar berbagi tugas. Pada saat sejumlah relawan
menyiapkan sound system, yang lainnya membangun raport dengan pengungsi. Sambil
secara singkat memberitahukan kepada mereka ihwal acara yang akan dilakukan
beberapa menit kemudian. Agar mereka terdorong untuk berpartisipasi.
Pada saat membangun raport, seorang teman bercerita bahwa ia berbincang dengan Mbah yang berumur 115 tahun. Beliau sudah menyaksikan gunung Merapi meletus sebanyak 6 kali, “ letusan kali inilah yang paling parah,” ujarnya. Para pengungsi umumnya merasa sedih karena ternak yang ditinggal di rumahnya kelaparan dan tidak ada yang memberi makan.
Pada saat membangun raport, seorang teman bercerita bahwa ia berbincang dengan Mbah yang berumur 115 tahun. Beliau sudah menyaksikan gunung Merapi meletus sebanyak 6 kali, “ letusan kali inilah yang paling parah,” ujarnya. Para pengungsi umumnya merasa sedih karena ternak yang ditinggal di rumahnya kelaparan dan tidak ada yang memberi makan.
Para pengungsi menyambut kedatangan
tim PPSTK dengan antusias. Mereka mengikuti lagu yang dinyanyikan dan setiap
gerakan yang diperagakan. Lirik lagu-lagu bernuansakan kebangsaan mendapatkan
perhatian berbagai kalangan yang ada di barak yang PPSTK kunjungi. Pengungsi
menerima tim dengan senang hati dan gembira. Disela-sela terapi PPSTK juga
membagikan sejumlah kaos bertuliskan, “Aku Bangga Jadi Orang Indonesia.”
Yang mengembirakan The Torch Bearers
(Muda-mudi Pembawa Obor Kasih) yang dipunggawani oleh Gilang dan Mira bisa
dengan cepat dan sigap memimpin jalannya terapi ceria. Kemudian Bapak Tunggul
masuk pada bagian terakhir untuk memberikan 2 teknik sederhana pengeloaan
stress (Stress Management). Lagu “Terajana” yang liriknya telah digubah dengan
lirik kebangsaaan, “Bhineka Tunggal Ika” mengakhiri perjumpaan kami dengan
pengungsi di setiap barak.
Minggu depan tanggal 7 Nopember 2010
PPSTK berencana untuk memberikan pelayanan di barak pengungsi Cangkringan. Bagi
yang ingin bergabung silakan langsung ke lokasi atau bersama-sama berangkat
dari AKC Joglosemar, Perum Dayu Permai P-18 Jalan Kaliurang Km. 8,5 Yogyakarta
jam 08.00 WIB.
Bagi yang berminat menyampaikan
kontribusi dalam bentuk donasi dan membutuhkan informasi lebih detail tentang
PPSTK silakan menghubungi Ibu Wayan Suriastini: 0811266309, email:
suriastini@gmail.com atau Bapak Tunggul Setiawan: 08164275432, email:
dm_slash@yahoo.com
Akhir kata, terapi pemulihan stres
dan trauma paska bencana ini sungguh dibutuhkan oleh para korban. Agar para
pengungsi memiliki pengetahuan, kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola
stres dan traumanya secara mandiri.
Berbagi dari hal sederhana, senyum
dan kebahagiaan lewat PPSTK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar