Saat kejadian meletusnya Gunung Merapi tanggal 26 Oktober 2010 kebetulan saya tidak ada di Jogjakarta, saya ada di Jombang. Besok malamnya saya (Wayan Suriastini) baru bisa kembali ke Jogjakarta. Salah satu keinginan saya di hari pertama di Jogjakarta adalah berkunjung ke barak pengungsian korban merapi. Saya senang sekali, begitu tiba di kantor saya diberikan informasi bahwa akan ada rencana kunjungan ke barak hari itu (28/10/2010), saya bilang “Saya mau ikut”.
Sekitar jam 3 sore kami berangkat dari kantor dan jam 3.30 kami sudah sampai di barak Hargobinangun di Pakem, ketika teman-taman kantor menyelesaikan urusannya di bagian logistik saya sendirian masuk melihat-lihat ruangan barak pengungsian, dengan maksud ingin mengetahui keadaan para pengungsi. Saya pergunakan kesempatan yang sangat singkat itu untuk berbincangbincang ringan dengan siapa saja yang saya temui dibarak. Pada saat itu mereka bilang tempat kami ini tidak pernah dikujungi, yang dikunjungi hanya yang disebelah saja. Dari analisis kunjungan tanggal 28 Oktober inilah akhirnya diputuskan untuk melakukan kegiatan PPSTK (oleh Yayasan Anand Ashram ) untuk pengungsi merapi.
Saya tidak menyangka sekali pertemuan yang demikian singkat itu, begitu diingat oleh seorang pengungsi. Minggu tanggal 7 Nopember 2010 sore, untuk berkoordinasi pemberian pelayanan PPSTK bersamadenganbeberapa teman, saya menunjungi barak pengusian di Jl. Kaliurang Km 7.5. Barak ini merupakan barak pindahan dari sejumlah barak yang ada di atas sebelum tgl 5 pagi. Barak yangi letaknya tidak demikian jauh dari AKC Joglosemar ini menampung 800 pengungsi. Ketika keluar dari ruang bermain anak-anak saya di sapa oleh seorang Ibu “ Mbak yang waktu itu berkunjung ke Barak di gedung SMP 2 di Pakem ya?”, “Ya saya pernah ke sana” kata saya. Saya jadi ingat Ibu ini lah yang bercerita tentang ayahnya yang sakit yang masih di rumah dan suaminya saat saya kesana sedang mengunjungi di rumahnya. Dia menginformasikan ayahnya yang sakit sudah dievakuasi dari rumahnya dan sekarang sudah dirawat di rumah sakit. Dan dia sekeluarga dalam kedaan baik.
Kejadian ini kembali mengingatkan saya bahwa interaksi kita dengan seseorang membekas demikian dalam pada orang yang kita temui/ajak berinteraksi. Jika vibrasi keceriaan, semangat persatuan dan kemandirian yang kita berikan maka yang baik ini pula yang dirasakan, yang menempel pada orang yang kita ajak berinteraksi dan akan mempengaruhi perjalanan kehidupannya. PPSTK melalui berbagai kegiatannya selain ditujukan untuk menghilangkan stress dan trauma serta beban psikologis juga ditujukan untuk memberikan pengaruh jangka panjang pada kehidupan para pengungsi.
Demikian Tim PPSTK Erupsi Merapi mulai bergerak untuk mendapatkan data-data barak pengungsi yang ada di seluruh Yogya dan kemudian ditindaklanjuti dengan pelayanan PPSTK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar